Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang
mulia putra orang yang mulia dari putra orang yang mulia, Yusuf bin Ya’qub bin
Ishaq bin lbrahim.”[1]
Para ahli tafsir dan lainnya berkata, “Yusuf sewaktu kecilnya
pernah bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan seolah-olah
bersujud kepadanya. Setelah bangun dari tidurnya, ia pun menceritakan mimpi
tersebut kepada bapaknya. Dan sang bapak menyuruhnya untuk merahasiakan mimpi
tersebut serta tidak menceritakannya kepada saudara-saudaranya yang lain agar
mereka tidak hasad (dengki) kepadanya.
Saudara-saudara Yusuf lantas bermusyawarah guna membunuh Yusuf
atau membuangnya jauh ke suatu daerah yang ia tidak akan kembali lagi, dan
mereka sepakat atas keputusan terakhir ini.
Mereka terus memohon kepada sang bapak agar Yusuf dibiarkan
pergi bersama mereka hingga kemudian bapaknya mengizinkannya pergi bersama
mereka. Setelah mereka sudah tidak tampak dari pandangan sang bapak, mereka pun
melemparkan Yusuf ke dasar sumur, namun Allah Ta’ala menenangkan hatinya.
Saudara-saudara Yusuf kembali pulang menemui bapak mereka di
malam hari seraya menangisi kematian saudara mereka Yasuf –menurut sangkaan
mereka- dengan membawa pakaiannya yang telah dilumuri dengan darah anak
kambing. Sang bapak pun menyerahkan urusannya kepada Allah dan bersabar dengan
kesabaran yang amat baik.
Lalu, datanglah sekelompok kafilah sedang saudara-saudara Yusuf
senantiasa mengawasi sumur tersebut. Ketika Yusuf ‘alaihissalam diambil oleh
kafilah tersebut, maka saudara-saudara Yasuf segera mendatangi mereka dan
berkata, “Ini adalah budak kami yang melarikan diri dari kami.” Lalu mereka
membelinya dari mereka dengan harga dua puluh dirham, lalu saudara-saudara
Yasuf saling berbagi dua dirham dua dirham. Kemudian Yusuf dibeli oleh seorang
penduduk Mesir yang terpandang, lalu ia berlaku baik kepadanya. “Dan wanita
(Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuff ” (QS. Yusuf: 23)
Istri al-Azis (Zulaikha) mengajak Yasuf untuk berbuat tidak senonoh dengannya
dan ia sangat berharap bisa mewujudkan hal itu, lalu Yusuf berkata, “Aku
berlindung kepada Allah.” Dan Allah menjaga NabiNya Yusuf ‘alaihissalam,
membersihkannya dari perbuatan keji, melindungi, serta membentenginya darinya.
Yusuf kemudian lari, namun Zulaikha mengejarnya. Di pintu rumah
mereka berdua saling tarik-menarik. Di saat demikian, tiba-tiba saja al-Aziz
berada di hadapan keduanya. Istri al-Aziz adalah wanita cerdas, maka ia segera
angkat bicara untuk membebaskan dirinya dari perbuatan yang tidak senonoh. Dan
di saat yang sama, ia juga mengkhawatirkan posisi Yusuf, jika sampai divonis
mati. Untuk -menghindari itu, ia mengusulkm agar Yasuf cukup di penjara atau
disiksa saja. Yusuf pun membela dirinya, dengan mengembalikan tuduhan itu
seraya berkata, “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya).”
(QS. Yusuf: 26)
Lalu masuklah seorang saksi dan berkata, “Apabila baju gamis
Yusuf koyak di bagian dadanya atau koyak di bagian depannya, maka wanita itu
benar. Dan jika baju gamis Yusuf koyak di bagian punggungnya (belakang), si
wanita itu mengejarnya ketika ia lari serta menarik baju gamisnya hingga
terkoyak. Dengan demikian dialah (si wanita) yang berdusta.” Al-Aziz kemudian
mengamati baju gamis tersebut dan ia mendapatkan kenyataan bahwa baju tersebut
koyak di bagian belakangnya. Mengertilah ia akan kejadian yang sebenamya, dan
berkata: “Engkaulah yang menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepadamu,
lalu engkau menuduhnya dengan tuduhan yang batil.” Setelah itu, ia berkata
kepada Yusuf, “Jangan engkau ceritakan aib ini kepada seorang pun,” serta
memerintahkan istrinya untuk beristighfar.
Para wanita di kota ramai membicarakan kejadian tersebut. Hingga
pembicaraan mereka itu sampai ke telinga Zulaikha. Zulaikha pun mengundang
mereka dan menyediakan buah-buahan serta memberikan pisau kepada setiap dari
mereka. Setelah itu, ia menyuruh Yusuf untuk keluar kepada mereka. Maka para
wanita itu pun menyaksikan ketampanan Yusuf dan tanpa terasa mereka melukai
tangan mereka masing-masing. Lalu Zulaikha berkata, “Itulah dia orang yang kamu
cela aku karena (tertarik) kepadanya.” Kemudian, ia memuji kesucian Yusuf yang
sempurna.
Yusuf telah dianugerahi setengah ketampanan Adam ‘alaihissalam.
Zulaikha mengakui bahwa dirinyalah yang memulai menggoda Yusuf, ia juga
membebaskan Yusuf dari tuduhan yang tidak senonoh, serta ia bertekad untuk
mewujudkan keinginannya. Dan jika Yusuf menolaknya kali ini, niscaya ia akan
memerintahkan untuk memenjarakannya. Para wanita yang hadir mendesak Yusuf agar
mendengarkan dan mentaati tuannya, lalu mereka bersama-sama bersekutu dengan
Zulaikha dengan mengajak Yusuf kepada diri-diri mereka. Namun, Yusuf menolak
keras keinginan mereka tersebut dan berdoa kepada Allah. Yusuf berkata di dalam
doanya, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakati mereka
kepadaku.” (QS. Yusuf: 33).
Kemudian Yusuf pun di penjara dalam rangka menyelamatkan dan
melindungi dirinya dari ajakan dan bujuk rayu istri al-‘Aziz.
Di dalam penjara ada dua pemuda yang menceritakan mimpinya
kepada Yusuf. Lalu Yusuf mena’birkan mimpi kedua orang tersebut dengan berkata
“Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan memberi minum kepada tuannya
dengan khamar, adapun yang seorang lagi maka ia akan disalib, lali burung
memakan sebagian dari kepalanya.” (QS. Yusuf: 41) Dan ia berkata kepada calon
pemberi minum (sang raja), “Terangkanlah kondisiku kepada sang raja dan
keberadaan ku di penjara bukan karena suatu kesalahan dan itu terjadi setelah
bebasnya aku dari tuduhan tersebut.” Namun si pemberi minum tersebut lupa
dengan pesan Yusuf.
Pada suatu malam, Raja Mesir –ar-Rayyan bin al-Walid–
terbangun dari tidurnya dalam kondisi ketakutan, ia berkata, “Sesungguhnya aku
bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh
ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan aku melihat tujuh bulir gandum yang
hijau diselubungi oleh tujuh bulir gandum yang kering, ta’birkanlah mimpiku
ini!” Namun semua ahli nujum, ahli sihir, dan para Dajjal yang ada di sekitar
Fir’aun tidak sanggup mena’birkan mimpi tersebut. Saat itulah si pemberi minum
raja teringat dengan pesan Yusuf, ia berkata, “Utuslah aku menemui Yusuf.”
Kemudian ia menemui Yusuf dan berkata, “Wahai Yusuf ta’birkanlah
kepada kami mimpi sang raja.” Lalu ia menceritakan ulang semua pembicaraan sang
raja. Yusuf berkata, “Tujuh tahun penuh dengan kebaikan, lalu diikuti tujuh
tahun masa paceklik. Setelahnya lagi akan datang tahun penuh kebaikan.”
Sang raja lalu meminta kesediaan Yusuf dijadikan sebagai salah
satu pejabatnya setelah jelas olehnya bahwa ia terbebas dari tuduhan. Namun Yusuf
‘alaihissalam menolak, kecuali jika sang raja mau mengumumkan terbebasnya ia
dari tuduhan istri al-‘Aziz dan beberapa wanita lainnya. Peninjauan pun
dilakukan dan jelaslah sudah keterbebasan Yusuf dari tuduhan tersebut. Setelah
itu, sang raja menyerahkan kedudukan yang mulia kepadanya.
Setelah dua tahun masa paceklik berjalan, saudara-saudara Yusuf
datang (untuk meminta bahan makanan). Yusuf mengenali mereka, namun mereka
tidak mengenali Yusuf. Yusuf pun membekali mereka dengan bahan makanan. Semua
saudaranya hadir saat itukecuali saudara kandungnya, Bunyamin ia tinggal di
rumah bersama ayahnya. Yusuf berkata, “Jika tahun depan kalian datang lagi,
maka bawalah saudaramu itu. Jika kalian tidak membawanya, maka kalian tidak
akan mendapatkan apa-apa dariku.” Lalu Yusuf mengembalikan barang bawaan
mereka, (yaitu barang bawaan yang hendak mereka tukar dengan bahan makanan,
-pentj).
Saudara-saudara Yusuf pun kembali kepada bapak mereka (Ya’qub),
dan mereka mendapatkan barang bawaan mereka dikembalikan. Mereka lalu berkata
kepada bapak mereka, “Setelah tahun ini kita tidak akan diberi bahan makanan
jika bapak tidak mengirim saudara kami bersama kami.”
Yaqub ‘alaihissalam amat mencintai anaknya, Bunyamin. Sebab ia
senantiasa mencium bau Yusuf pada diri anaknya itu. Kemudian anak-anak Ya’qub
menguatkan janji mereka bahwa mereka pasti akan mengembalikan saudara mereka
kepadanya.
Saudara-saudara Yusuf kembali datang dengan membawa saudara
mereka Bunyamin. Lalu Yusuf memasukkan Bunyamin ke tempatnya dan menjelaskan bahwa
dirinya adalah saudara kandungnya. Kemudian Yusuf mempersiapkan bahan makanan
untuk saudarasaudaranya dan meletakkan takaran makanan di karung Bunyamin.
Seorang penyeru lalu berteriak, “Takaran milik raja telah dicuri.” Yusuf
berjanji bagi yang menemukannya, maka ia akan memperoleh bahan makanan seberat
unta. saudara-saudara Yusuf terkejut dengan berita ini. Kemudian takaran raja
dikeluarkan dari barang bawaan Bunyamin setelah dilakukan pemeriksaan pada
barang bawaannya. Maka, Yusuf pun menahannya di sisinya dan aturan/hukuman ini
sesuai dengan syariat Ya’qub.
Saudara-saudara Yusuf lantas kembali kepada bapak mereka dan
mengabarkan kejadian itu. Ya’qub pun merasa susah dan berduka cita atas Yusuf
serta kedua matanya menjadi putih lantaran banyak menangis. Kemudian,
saudara-saudara Yusuf kembali kepada Yusuf untuk mendapatkan bahan makanan dan
meminta agar saudara mereka Bunyamin dikembalikan kepada mereka. Yusuf lalu
menyingkap keningnya yang mulia, mereka pun mengenalinya, mereka sangat gembira
karenanya. Mereka kembali kepada bapak mereka, dan mereka kembali bersatu.
Dari Al-Hasan: “Yusuf dicampakkan ke dasar sumur saat ia berusia
tujuh belas tahun, dan menghilang dari sisi bapaknya selama delapan puluh
tahun, dan hidup setelah itu dua puluh tiga tahun. Yusuf wafat saat berusia
seratus dua puluh tahun.”
Foot Note:
[1] HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya (5454).
Sumber: Mukhtasar Bidayah wan Nihayah – Ibnu Katsir, Diringkas
oleh Syaikh Ahmad Khani, Penerbit Pustaka as Sunnah
0 Response to "Kisah Yusuf 'Alaihis Salam"