Selayaknya para pemuda yang menginginkan
kebaikan bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negaranya hendaknya memperhatikan
kesehatan hati. Hendaknya mereka menjauhi hal yang menyebabkan hatinya tidak
sehat
Virus Berbahaya bagi Pemuda
1. Penyakit
hati
Kedudukan hati adalah hal
mendasar yang menjadi sebab baik dan buruknya seseorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di
dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh
jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati (jantung)” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dari hadis di atas dapat
diambil pelajaran, bahwa selayaknya para pemuda yang menginginkan kebaikan bagi
diri, masyarakat, bangsa, dan negaranya hendaknya memperhatikan kesehatan hati.
Hendaknya mereka menjauhi hal yang menyebabkan hatinya tidak sehat.
Dalam sebuah hadit,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إن مما أخشى عليكم شهوات الغي في بطونكم وفروجكم ومضلات الهوى
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kalian adalah
syahwat menyimpang pada nafsu perut dan kemaluan kalian, serta hawa nafsu yang
menyesatkan” (HR. Ahmad dan yang lainnya. Dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani
di shahih At-Targhib 52).
Dalam hadits ini, disebutkan
kedua macam penyakit hati, yaitu:
1. Pada kalimat “syahwat menyimpang
pada nafsu perut dan kemaluan kalian”
menunjukkan kepada fitnah
syahwat (kedudukan, harta, wanita, sanjungan, dan yang
lainya).
2. Sedangkan pada kalimat “hawa
nafsu yang menyesatkan”
menunjukkan kepada fitnah
syubhat (pemikiran
rancu, aliran menyimpang, keyakinan sesat, dan yang lainya).
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan
kedua macam penyakit tersebut adalah induk penyakit hati, beliau berkata,
جِمَاع أمراض القلب هى أمراض
الشبهات والشهوات
“Induk yang mengumpulkan
seluruh penyakit hati itu ada dua syubhat dan syahwat” (Ighatsatul Lahfan).
Oleh karena itu Allah Ta’ala melarang
kita mengikuti orang yang mengekor hawa nafsu lagi lalai,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ
بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ
تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ
عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
beribadah kepada Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi: 28).
2. Teman
yang merusak
Teman sangat berpengaruh
dalam keyakinan, prinsip hidup, gaya hidup, dan akhlak seorang pemuda. Banyak
remaja yang saat masih duduk di bangku SMP berakhlak baik dan rajin salat. Akan
tetapi, ketika ia salah bergaul, disadari atau tidak, pola pikir dan gaya hidup
yang bertentangan dengan syariat Islam mulai masuk. Hampir setiap hari dia
belajar dari temannya tersebut bagaimana bersikap, memilih aktifitas, dan
bergabung dengan suatu komunitas.
Dari pertemannya, seolah ia
mendengarkan “kuliah” yang disampaikan temannya tersebut ketika ia bergaul
dengannya, sehingga kosakata buruk mulai melekat dibenaknya, pikiran kotor
menjadi menu hariannya, dan hobi yang merusak pun mulai akrab dalam kehidupan
kesehariannya. Anda jangan kaget, jika ia tiba-tiba berubah menjadi pemuda yang
rusak, misalnya suka tawuran, mabuk-mabukan, kasar kepada orang tua, ikut
kelompok teroris, dan meninggalkan salat, bahkan melakukan syirik.
Maka benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya, maka
hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani).
Oleh karena itu, salah satu
cara jika Anda, wahai pemuda Islam ingin mengetahui kualitas iman Anda dan
ingin mengenal tipe ruh Anda, maka perhatikanlah dengan siapa Anda bersahabat
dan periksalah dengan grup dan komunitas siapa Anda berkumpul.
Simaklah hadits berikut ini.
Dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari rahimahullah dalamshahihnya, disebutkan bahwa Ibunda
kaum mu`minin, Bunda ‘A`isyah radhiyallahu
‘anhamendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا
ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu (seperti) pasukan yang mengelompok, maka ruh-ruh
yang saling kenal akan menjadi akrab, adapun ruh-ruh yang tidak saling kenal
akan menjadi saling tidak cocok.”
Berkata Al-Khaththabi rahimahullah,
يحتمل أن يكون إشارة إلى معنى
التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخيِّر من الناس يحن إلى شكله
والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جبلت عليها
من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت.
“Kemungkinan maknanya adalah
hal ini merupakan isyarat kepada kesesuaian tipe, baik dalam kebaikan maupun
dalam keburukan, baik dalam kebaikan maupun kerusakan. Bahwa orang yang baik
itu rindu kepada orang yang setipe dengannya. Demikian pula orang yang buruk
hatinya suka kepada orang yang semisalnya (pula). Jadi, saling kenalnya antar
ruh itu terjadi sesuai dengan tabiat yang ada pada mereka, baik (ruh) yang baik
maupun (ruh) yang buruk. Maka jika ruh-ruh tersebut setipe, menjadi
saling kenal (akrab)lah mereka. Namun, jika mereka tidak setipe, maka mereka
tidak saling cocok (tidak akrab).”
Pemuda Islam! Sesungguhnya
alasan klasik sebagian remaja dan pemuda ketika akrab dengan teman-teman
buruknya aku gak ikut-ikutan berbuat
jelek kok, aku cuman gaul aja dengan mereka adalah
alasan yang tidak tepat, karena tidaklah ia suka nongkrong berlama-lama dengan
mereka, mendengar obrolan yang tidak baik, dan mengikuti mereka kesana-kemari
untuk hal yang buruk, melainkan karena ada kecocokan tipe keburukan antara dia
dengan mereka, walaupun ia tidak ikut melakukan perbuatan buruk mereka. Jikalau
seseorang benar-benar membenci keburukan teman-temannya, tentulah keimanannya
menuntutnya untuk tidak betah berakrab-akrab dengan mereka. Tidaklah ia bertemu
dengan mereka kecuali untuk tujuan kebaikan, mendakwahi mereka atau mengingkari
kemungkaran mereka , bukannya justru diam atau larut dalam keburukan.
Penulis:
Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.or.id
0 Response to "Kemana Masa Mudaku Melangkah - Part 6"