Diriwayatkan bahwa Ka’ab pernah bertanya kepada Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wassalam tentang pohon-pohon surga. Maka beliau bersabda,
“Dahan-dahannya tidak bisa kering. Daun-daunnya juga tidak bisa rontok.
Buah-buah yang ada di dalamnya senantiasa segar dan tidak bisa berkerut.”
Di surga ada sebuah pohon yang paling besar bila dibandingkan
dengan yang lainnya. Pohon itu adalah thubaa dimana akarnya
terdiri dari mutiara, batangnya dari yaqut merah, bagian atasnya dari emas,
tangkai-tangkainya dari jamrud, dan daun-daunnya dari sundus. Pohon tersebut
mempunyai tujuh puluh ribu dahan. Dahan yang teratas bersambung dengan ‘Arasy,
sedangkan yang paling bawah berada di langit dunia. Setiap kamar dan kubah di
dalam surga dipastikan dimasuki salah satu dahan tersebut. Setiap dahan yang
masuk ke kubah itu memiliki buah yang menarik selera.
Sekedar membandingkan betapa besarnya pohon-pohon di surga, maka
diceritakan dalam sebuah riwayat kalau seorang mengendarai kuda yang berlari
cepat sekalipun maka dibutuhkan waktu sekitar seratus tahun lamanya untuknya
mengelilingi pohon tersebut. Masya Allah.
Pada keterangan di atas telah dijelaskan dengan sangat rinci
tentang berbagai kenikmatan yang bersifat badaniyah berupa rumah, pakaian,
makanan, perabotan mewah, minuman segar, serta kemudahan lainnya di surga.
Kenikmatan lain yang tidak mungkin kita dapat peroleh adalah
dalam hal pakaian. Para penduduk surga nantinya akan mendapatkan pakaian dengan
bahan dasar dari sutra halus berwarna hijau lagi tebal. Secara jelas hal ini
dinyatakan Allah dalam surat al-Insan: 21 sebagai berikut:
“Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan tebal.” (Qs.
Al-Insaan: 21)
Dalam firman-Nya yang lain Allah subhanahu wa ta’ala juga
menyatakan:
“(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya. Disana
mereka akan diberi perhiasan dengan gelang emas bertahtakan mutiara, serta
pakaian sutera dewangga.” (Qs. Fathir: 33)
Perhatikan juga firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Mereka itu yang berhak mendapat surga ‘Adn, yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Disana mereka akan diberi hiasan gelang dari emas,
berpakaian hijau dari sutra yang bersulam benang emas, sambil berbaring di atas
persada yang indah. Itulah suatu pahala yang amat menyenangkan, dan suatu
tempat tinggal yang sangat indah.” (Qs. Al-Kahfi: 31)
Demikian pula penegasan Allah dalam al-Qur’an surat Ad-Dukhan:
53
“Mereka memakai sutra yang halus dan sutra kembang, sambil
duduk berhadap-hadapan.” (Qs. Ad-Dukhan: 53)
Untuk memperlancar serta mempercepat layanan kepada para
penghuni surga, maka Allah telah menyediakan beberapa pelayan yang siap untuk
membantu menyediakan segala kebutuhan tuan mereka tanpa pernah merasa lelah
atau berkeluh-kesah, mereka dengan setia dan senang hati memberikan pelayanan
terbaik demi kepuasan para penghuni surga tersebut. Untuk menunjang kegesitan
dalam menyediakan berbagai kebutuhan yang tidak pernah ada hentinya itu maka
para pelayan yang ada berusia muda belia. Berbeda dengan para pelayan di dunia
yang akan ada masalah dengan umur, maka di surga mereka tidak akan menjadi
lanjut usia, alias tetap muda. Hal ini sebagaimana penegasan Allah subhanahu wa
ta’ala:
“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda.” (Qs.
Al-Waqi’ah: 17)
Ayat ini kembali mengingatkan kita bahwa seluruh kebutuhan dan
kepentingan saat di surga akan senantiasa dilayani dengan baik. Demikian pula,
perabotan dan alat-alat pelengkap yang tersedia juga bernilai tinggi. Di
samping itu ada juga minuman khas surga yang telah dicampur dengan jahe. Air
minum istimewa ini bernama salsabil. Dalam berbagai keterangan diceritakan
bahwa salsabil adalah minuman yang nikmat, sejuk, dan kenikmatannya tidak ada
bandingannya. Di samping keistimewaan dalam rasa, minuman ini juga dapat
mengalir sampai ke ruang tempat duduk para penghuni surga.
Keistimewaan lain yang dimiliki para pelayan surga ini adalah
dalam hal paras. Sebab, para pelayan ini disamping muda juga memiliki wajah dan
tubuh yang indah sehingga sedap dipandang mata. Bahkan sebagian riwayat
menyatakan bahwa wajah mereka seindah mutiara yang bertaburan. Karenanya bila
kita melepas pandang di surga, maka kita akan melihat berbagai macam kenikmatan
dan kemewahan yang mempesona.
Anas radiyallahu anhu pernah menyatakan bahwa Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya di surga itu ada sebuah
pasar, yang didatangi oleh penduduk surga setiap hari Jumat. Yang istimewa
adalah suasana pasar ini, dimana setiap angin yang berhembus dari arah selatan
dan mengenai wajah serta pakaian para pengunjungnya akan berakibat wajah dan
pakaian mereka menjadi bertambah indah. Sehingga ketika mereka kembali ke
tengah-tengah keluarga mereka, maka para anggota keluarga mereka akan berkata,
“Demi Allah, kamu bertambah cantik / tampan.” Kemudian dia akan menjawab, “Dan
demi Allah, kalian juga setelah aku tinggalkan bertambah cantik / tampan.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda
sebagaimana disampaikan oleh Mu’adz ibn Jabal dalam hadits riwayat At-Tirmidzi
bahwa para penduduk surga itu tubuhnya tidak berbulu, senantiasa muda belia,
kulitnya berwarna putih bersih, rambutnya bergelombang, matanya bercelak,
sedangkan usianya berkisar tiga puluh tahun di atas bentuk kejadian Adam. Untuk
ukuran tinggi tubuh mereka kira-kira enam hasta.
Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam hadits yang
lain menyebutkan bahwa penduduk surga itu kira-kira mempunyai 80.000 pelayan
dan 72 istri. Untuk menampungnya maka didirikanlah kubah yang terbuat dari
mutiara, zamrud, dan yaqut. Luas dari bangunan itu sama dengan perjalanan
antara al-Jabiyah ke Sana’a. Masing-masing pelayan surga memiliki mahkota yang
diletakkan di kepala. Keistimewaan dari mahkota para pelayan itu mampu
memancarkan sinar dan menerangi arah timur dan barat.
Hasan al-Basri rahimahullah pernah berkata bahwa besar buah
delima di surga itu seperti timba. Aroma dari air dari sungai-sungai yang ada
disana tidak mengalami perubahan. Disana ada sungai yang berisikan air susu dan
senantiasa mengalir, tapi rasanya tidak pernah berubah. Di surga juga terdapat
sungai madu, yang senantiasa terjaga kebersihannya. Di samping itu, surga juga
memiliki sungai khamar yang bila diminum terasa nikmat. Bila seorang penghuni
surga minum dari aliran khamar ini, hal itu tidak akan membuatnya mabuk dan tidak
mengganggu syaraf otaknya.
Apa yang telah tergambar dalam keterangan ini, sebenarnya jauh
dari kondisi yang sebenarnya. Penjelasan keterangan yang dijelaskan di atas
sebenarnya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan esensi surga yang
sebenarnya. Kita tetap meyakini apa yang telah disabdakan Rasulullah bahwa
hakikat surga adalah sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah
terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Yang
jelas, seluruh penghuninya diibaratkan sebagai raja yang bersenang-senang
dengan penuh kenikmatan. Kenikmatan itu semakin lengkap karena perbedaan usia
yang jauh antara seorang bapak / ibu dengan anaknya sewaktu di dunia akan
dibuat setara di surga nanti. Penampilan mereka juga sangat sempurna. Tinggi
tubuh masing-masing adalah rata-rata, tidak ada yang lebih pendek atau
terlampau tinggi.
Di samping usia yang senantiasa muda, mereka juga dibalut oleh
kondisi tubuh yang prima dan fisik yang indah, dan tidak ada cacat sedikit pun
di tubuhnya. Pandangan mata penduduk surga memancarkan keindahan, ketenangan,
salam hangat, dan kemakmuran. Setiap kali mereka saling bertemu, maka di antara
mereka akan saling terpancar kedamaian. Disana tidak ada yang berkata kotor dan
kasar, mereka akan saling mencintai satu sama lain, dan kebencian serta iri
hati telah Allah cabut dari hati mereka.
Suasana di sekeliling mereka juga amat mendukung bagi
terciptanya kedamaian dan ketentraman hati. Sungai-sungai dengan berbagai
sumber yang berbeda-beda mengalir dengan lancar dan menimbulkan suasana alami
yang jauh dari kebisingan. Dasar-dasar sungai dihiasi batu-batu kecil dari
yaqut dan marjan. Tanaman di sekitar mereka adalah kurma dan anggur berlapiskan
mutiara, dengan jumlah buah-buahannya tidak terhingga. Demikian pula aroma yang
ditimbulkan dari suasana alam itu harumnya bisa tercium dari jarak sejauh
perjalanan lima ratus tahun.
Untuk menikmati berbagai fasilitas mewah ini para penduduknya
disediakan kuda-kuda / unta-unta, atau kendaraan pilihan mereka sendiri yang
mampu menjelajah dengan cepat. Dan juga, kekang atau pelananya, atau hiasan
yang ada di luar maupun di dalam kendaraan mereka terbuat dari yaqut. Dengan
fasilitas ini, maka tidaklah heran kalau di antara mereka saling berkunjung dan
mengunjungi.
Para istrinya adalah bidadari-bidadari, yang memiliki
keistimewaan dalam rupa. Seluruh penampilannya mengagumkan sehingga sedap untuk
dipandang mata. Bahkan Rasulullah bersabda bahwa sum-sum tulang betis mereka
dapat terlihat dari luar karena begitu cantiknya mereka. Seandainya mereka
meludah ke lautan dunia, maka lautan dunia menjadi tawar. Para bidadari ini
tidak pernah buang air besar atau kecil, tidak pernah beringus, tidak haid,
selalu perawan, selalu harum tubuhnya, dan selalu muda. Karenanya mereka tidak
memiliki cela fisik sedikitpun. Hal ini sebagai persembahan bagi hamba-hamba
Allah yang taat beribadah. Para bidadari ini akan selalu setia kepada
suami-suami mereka dan tidak akan pernah berpaling kepada lelaki lain. (Lebih
jauh, bisa dibaca disini: Kecantikan Bidadari Surga).
Sekedar membandingkan, bahwa orang terakhir yang masuk surga
sekalipun masih disediakan berbagai fasilitas yang sangat menarik. Bayangkan
saja, luas kerajaan yang diberikan oleh Allah kepadanya adalah sebuah kerajaan
sepanjang penglihatannya, atau kira-kira serupa dengan luas jarak seratus tahun
perjalanan. Dia mendapatkan istana emas, perak, dan tenda mutiara.
Pandangan penduduk surga sangat awas, serta mampu melihat
sesuatu yang berjarak sangat jauh sehingga seolah-olah dekat. Setiap pagi dan
sore mereka juga dilayani hidangan melimpah yang memiliki cita rasa
berbeda-beda. Dalam surga juga terdapat tujuh puluh ribu kampung yang dipenuhi
mutiara dan yaqut. Setiap kampung terdiri dari tujuh puluh ribu rumah, sedang
rumah-rumah itu tidak satu pun yang bangunannya rusak, seluruhnya megah dan
mewah.
Puncak Kenikmatan Akhirat
Dari sekian banyak cerita tentang kenikmatan dan kemewahan dunia
seperti telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya rasanya tidak akan ada
yang dapat menandingi nikmat saat mendapat kesempatan untuk melihat wajah
Allah. Menyaksikan Tuhan Pencipta Alam Semesta ini merupakan puncak dari segala
kenikmatan yang ada di surga.
Setelah ahli surga masuk ke dalam tempat idamannya (surga) dan
merasakan berbagai kenikmatan di dalamnya, tiba-tiba terdengar seruan dari
Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman, “Wahai penduduk surga semuanya,
apakah yang kalian kehendaki, niscaya Kutambahkan?”
Penduduk surga menjawab, “Bukankah Engkau telah putihkan wajah
kami, demikian pula bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga, dan
bukankah juga Engkau telah menyelamatkan kami dari neraka?”
Lalu Allah menyingkap tirai hijab-Nya, sehingga tampak jelas
bisa terlihat oleh mereka. Dengan serta-merta nampak jelas dari wajah penduduk
surga bahwa tidak ada sesuatu yang lebih mereka sukai bila dibandingkan dengan
memandang wajah Tuhan mereka.
Ketika itu terjadilah dialog antara Allah dengan para penduduk
surga. Dan Allah pun berfirman, “Wahai penduduk surga.” Mendengar panggilan
dari Sang Pencipta, maka para penduduk surga itu menjawab, “Labbaika ya Allah,
segala kebaikan berada di tangan-Mu.” Kemudian Allah bertanya, “Apakah kalian
sudah puas dengan berbagai kenikmatan yang telah ada?” Serta-merta mereka
menjawab, “Kami sudah puas atas semua pemberian-Mu.” Selanjutnya Allah
kembali bertanya, “Maukah kalian Kuberi sesuatu yang melebihi semua itu?” Mendapat
pertanyaan yang tidak dinyana-nyana seperti itu, maka para penduduk surga
menjawab, “Apakah masih ada sesuatu yang lebih dari yang selama ini kami
terima?” Mendengar keheranan para penduduk surga itu, maka Allah berfirman,
“Kutetapkan keridhaan-Ku, dan Aku tidak akan memurkai kalian untuk
selama-lamanya.”
Keterangan yang lain mengemukakan bahwa jika manusia telah masuk
surga, maka mereka mendengar suara yang berseru: “Kalian akan hidup secara
abadi dan tidak akan tua selama-lamanya. Kalian akan tetap gembira sambil
merasakan kenikmatan dan tidak akan merasakan susah selama-lamanya."
Referensi: Saifulloh
dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya:
Karya Agung
0 Response to "Keindahan Surga"