Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ خَلَقَ الإِنْسَانَ، عَلَّمَهُ البَيَانَ، وَحَذَّرَهُ مِنْ آفَاتِ
الْلِسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
شَهَدَةً تُفْتَحُ لِقَائِلِهَا أَبْوَابَ الجِنَانِ، وَتُغْلَقُ عَنْ أَبْوَابِ
النِيْرَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُؤَيِّدُ
بِالمُعْجِزَاتِ وَالبُرْهَانِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ، أَهْلُ البِرِّ وَالْإِيْمَانِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ:
أَيُّهَا
النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،
Ibadallah,
Khotib
mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa
bertakwa kepada Allah. Kemudian, marilah kita jaga lisan-lisan kita.
Hati-hatilah dari akibat apa yang kita ucapkan. Allah ﷻ berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً*
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعْ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
“Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS:Al-Ahzab | Ayat: 70-71).
Firman-Nya
juga,
أَلَمْ
تَرَى كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ
أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ* تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ
بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ* وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ
مِنْ فَوْقِ الأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ* يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ
وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS:Ibrahim | Ayat: 24-27).
Dan
Nabi ﷺ
bersabda,
مَنْ
كَانَ يُؤمنُ باللهِ واليومِ الآخر فليَقُلْ خيراً أو ليَصْمُتْ
“Barangsiapa
yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang
baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau ﷺ juga bersabda,
وَهَلْ
يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ
حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.
Adakah
yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang
hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi).
Oleh
karena itu, bertakwalah wahai hamba Allah sekalian. Jagalah lisan-lisan.
Pertimbangkanlah sebelum berucap dan mengatakan. Apakah ucapan ini berdampak
baik atau tidak. Karena apa yang kita ucapkan akan dihisab dan dicatat di
lembar-lembar catatan amal.
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.” (QS:Qaaf | Ayat: 18).
أَمْ
يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ ۚ بَلَىٰ وَرُسُلُنَا
لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ
“Apakah
mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?
Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu
mencatat di sisi mereka.” (QS:Az-Zukhruf | Ayat: 80).
Bertakwalah
wahai hamba Allah,
Yakinlah
apa yang Anda katakana ada yang mencatatnya dan Anda akan diminta
pertangung-jawaban atas hal itu. kalau ucapan tersebut baik, maka akan berbuah
kebaikan pula.
إِلَيْهِ
يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Kepada-Nya-lah
naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.”
(QS:Faathir | Ayat: 10).
Jika
kalimat tersebut adalah kalimat yang buruk, pasti kita akan menyesal. Dan
seburuk-buruk ucapan adalah perkataan yang mengandung kesyirikan. Seperti
ucapan ketika seseorang menyeru dan meminta kepada selain Allah. memohon
perlindungan kepada selain-Nya. Jauhilah perkataan-perkataan tersebut.
Termasuk
juga seburuk-buruk ucapan adalah mengatakan sesuatu tentang agama ini tanpa
landasan ilmu. Perkataan bisa setara dengan kesyirikan bahkan bisa lebih jelek
lagi keburukannya. Allah ﷻ
berfirman,
وَأَنْ
تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى
اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“(Dan
Dia mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui”. (QS:Al-A’raf | Ayat: 33).
Berkata
tentang agama Allah ﷻ tanpa
ilmu seperti misalnya mengatakan, “Allah menghalalkan ini dan itu…” atau
mengatakan, “Allah mengharamkan yang demikian dan demikian…” ucapan tersebut
tanpa dasar dari Alquran dan Sunnah. Yang demikian tidak diperbolehkan. Inilah
yang dimaksud berkata tentang Allah tanpa ilmu.
Di
antara perkataan yang buruk juga adalah persaksian palsu. Persaksian palsu bisa
terjadi apabila seseorang hendak menolong temannya, keluarganya, kerabat
dekatnya, dalam suatu perkara, lalu ia melakukan persaksian yang bohong untuk
mempromosikan orang-orang tersebut agar diterima di dalam perusahaan atau
diterima di kalangan masyarakat (kampanye). Inilah yang dinamakan persaksian
palsu. Atau bisa jadi dia tidak berdusta, namun dia tidak tahu persis dengan
kebenaran apa yang ia ucapkan, maka yang demikian juga disebut saksi palsu.
Allah ﷻ
berfirman,
إِلاَّ
مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“akan
tetapi (orang yang memberi persaksian ialah) orang yang mengakui yang benar dan
mereka meyakini(nya).” (QS:Az-Zukhruf | Ayat: 86).
Dan
firman-Nya,
وَمَا
شَهِدْنَا إِلاَّ بِمَا عَلِمْنَا
“dan kami
hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS:Yusuf | Ayat: 81).
Tidak
boleh seseorang bersaksi kecuali jika dia yakin apa yang ia persaksikan
tersebut benar-benar suatu kebenaran. Tujuannya hanya menjelaskan suatu
kebenaran bukan menjelaskan sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kehendak
khalayak.
Ibadallah,
Ucapan
buruk lainnya adalah ghibah dan namimah (adu domba). Ghibah adalah membeberkan
aib seseorang kepada orang lain. Sedangkan namimah (adu domba) adalah
membeberkan aib atau kesalahan seseorang kepada orang lain disertai dengan
keinginan merusak hubungan keduanya. Allah ﷻ berfirman,
وَلا
تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَهِينٍ* هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ* مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ
مُعْتَدٍ أَثِيمٍ
“Dan
janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak
mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan
baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa.” (QS:Al-Qalam | Ayat: 12).
Ghibah
dan namimah (adu domba) adalah perkataan yang sangat buruk yang disebarkan di
tengah manusia. Ia membuat manusia saling bermusuhan. Menimbulkan kebencian dan
merusak hubungan.
Bertakwalah
wahai hamba Allah,
Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا
بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى
جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya
ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu
Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang
hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak
pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR.
Bukhari).
Bertakwalah
kepada Allah,
Mari
kita jaga lisan-lisan kita. Karena lisan ini adalah anggota tubuh yang paling
besar dampaknya. Sampai-sampai anggota tubuh yang lain mengingatkan lisan dan
takut akan bahaya lisan berpengaruh kepada mereka. Disebutkan dalam riwayat
Imam at-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri secara marfuu’ dan mauquf:
إِذَا
أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ
فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ
اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
“Jika
anak Adam memasuki pagi hari sesungguhnya semua anggota badannya berkata
merendah kepada lisan: “Bertakwalah kepada Allah di dalam menjaga hak-hak kami,
sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau istiqomah, maka kami
juga istiqomah, jika engkau menyimpang (dari jalan petunjuk), kami juga
menyimpang. (HR Tirmidzi).
Dari
Abu Hurairah, ia berkata,
سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ
الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ
أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
“Rasulullah
ﷺ
ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga,
beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya
pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau,
“Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah).
Dengan
lisan keluarlah perkataan kotor dan dengan kemaluan yakni perzinahan.
Nabi ﷺ juga bersabda,
مَنْ
يَضْمَنْ لِى مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ
الْجَنَّةَ
“Barangsiapa
yang menjamin padaku apa yang ada di antara dua janggutnya (yaitu bibirnya) dan
antara dua kakinya (yaitu kemaluan), maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari)
Ibadallah,
Bertakwalah
kepada Allah, jagalah lisan-lisan karena ia bagaikan pedang yang tajam. Banyak
orang tak peduli apa yang diucapkan oleh lisannya. Menyelidiki kesalahan
seseorang kemudian menyebarkannya.
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ
بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
“(Ingatlah)
di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS:An-Nuur
| Ayat: 15).
Wajib
bagi seorang muslim untuk menyibukkan dirinya dengan kesalahan dan aib
pribadinya sendiri. Dan meninggalkan aib-aib orang lain. kecuali dalam rangka
nasihat di antara mereka. Adapun menjadikan kesalahan mereka sebagai bahan
obrolan yang demikian merupakan dosa besar. Walaupun aib yang mereka bicarakan
tersebut adalah sesuatu yang benar adanya. Karena yang demikian termasuk ghibah
atau menggunjing.
Ibadallah,
Bertakwalah
kepada Allah, lisan bisa jadi penyelamat kita, ketika ia digunakan untuk
mengingat Allah ﷻ,
menaati-Nya, dan mengucapkan hal-hal yang baik. Dan ia juga bisa mencelekakan
kita ketika digunakan untuk menggunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan
haram lainnya.
Betapa
menggunjing dan adu domba begitu mudah dilontarkan banyak orang. Karena lidah
berbeda dengan anggota tubuh lainnya. Lisan tidak mengenal lelah walaupun terus
digerakkan. Berbeda dengan anggota tubuh yang lain, jika ia banyak bergerak dan
digunakan, maka ia akan lelah. Lisan itu bisa mengundang bahaya besar dan
keburukan yang menyebar. Kecuali bagi orang-orang yang bertakwa dengan menjaga
lisannya. Allah ﷻ
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزاً عَظِيماً
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS:Al-Ahzab |
Ayat: 70-71).
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ
البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ
مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا،
أَمَّا
بَعْدُ:
أَيُّهَا
النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،
Ibadallah,
Termasuk
seburuk-buruk aib yang diperbuat oleh lisan adalah berkata dusta. Dusta adalah
sifatnya orang-orang munafik. Rasulullah ﷺ bersabda,
آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda
orang munafik ada tiga; kalau berbicara dia berdusta, kalau berjanji dia
ingkar, dan kalau diberi amanah (kepercayaan) dia berkhianat.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Sifat
pertama dari sifat-sifat buruk ini adalah dusta. Banyak orang tidak
memperdulikan dusta. Mereka anggap remeh perbuatan tersebut. Kadang dusta
dijadikan bumbu dalam bicara agar orang-orang tertawa. Berkelakar dengan ucapan
dusta. Ia tidak menyadari bahwa yang demikian telah membawanya kepada perbuatan
dosa. Dia tidak memperhatikan sabda Nabi ﷺ,
مِنْ
حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di
antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Seorang
muslim adalah mereka yang menjaga lisannya. Ia hanya mengucapkan sesuatu yang
mengandung manfaat, kebaikan untuk dirinya, dan kebaikan untuk kaum muslimin.
allah ﷻ
berfirman,
وَقُولُوا
لِلنَّاسِ حُسْنا
“Ucapkanlah
kepada manusia perkataan yang baik.” (QS. Al-Baqarah: 83).
Ucapan
adalah sesuatu yang ringan bagi lisan. Yang jadi masalah adalah akibatnya. Ia
bisa berakibat berat ketika pelakunya dilemparkan ke neraka.
Suatu
hari Abu Bakar ash-Shiddqi radhiallahu ‘anhu memegang lisannya, lalu ia
mengatakan, “Ini yang dapat mengantarkanku ke neraka.”
Abdullah
bin Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Wahai lisan, katakanlah yang
baik-baik engkau akan beruntung. Atau diamlah, pasti engkau selamat. Jika tidak
demikian, maka engkau akan menyesal.”
Allah ﷻ berfirman,
لا
خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ
مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ
مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيما
“Tidak
ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma´ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 114).
Nabi ﷺ bersabda,
كَلِمَتَانِ
خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ
إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua
kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman
yaitu ‘Subhanallah
wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim’. (Maha Suci Allah dan segala
puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari dan Muslim).
Perbanyaklah
mengucapkan kalimat yang baik ini. Atau mengucapak laa ilaha illallaah. Atau
dzikir-dzikir lainnya. Membaca Alquran. Mengucapkan tasbih, tahlil, takbir.
Agar yang demikian menjadi bekal seseorang untuk masuk ke dalam surga. Yakni
berbekal dengan kalimat-kalimat yang baik. Ucapkanlah kalimat-kalimat yang baik
(dzikir) saat sedang menunggu sesuatu. Jangan sia-siakan peluang tersebut.
Lisan
merupaka suatu yang besar. Jika digunakan pada suatu yang baik, maka ia akan
menghasilkan kebaikan yang banyak. Tanpa perlu kita harus bercapek-capek. Namun
apabila digunakan untuk yang buruk, maka ia akan mengantarkan ke neraka dan
murka Allah ﷻ.
Jagalah lisan Anda wahai kaum muslimin.
Bertakwalah
kepada Allah wahai hamba Allah,
Jagalah
lisan-lisan. Pertimbangkan sebelum berucap. Apabila mengandung kebaikan, maka
ucapkan. Jika mengandung keburukan, maka diamlah. Dengan hal itu Anda telah
menaati Rasulullah ﷺ yang
memerintahkan,
مَنْ
كَانَ يُؤمنُ باللهِ واليومِ الآخر فليَقُلْ خيراً أو ليَصْمُتْ
“Barangsiapa
yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang
baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim).
وَاعْلَمُوْا
أَنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُّ مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
وَعَلَيْكُمْ
بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي
النَّارِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ
فَقَالَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى:(إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا)، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
اَللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ،
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً،
وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا الغَلَا وَالْوَبَا وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالْزَلَازِلَ
وَالمِحَنِ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَادِنَا هَذَا
خَاصَّةً وَعَنْ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَلِّي عَلَيْنَا خِيَارَنَا وَكْفِيْنَا شَرَّ شِرَرَنَا وَلَا
تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَا لَا يَخَافُوْكَ وَلَا يَرْحَمُنَا،
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ
رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا
فِيْهِ صَلَاحَهُ وَصَلَاحَ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ
بِطَانَتَهُ وَجُلَسَاءَهُ وَمُسْتَشَارِيْهِ وَأَبْعَدْ عَنْهُ بِطَانَةَ
السُّوْءِ وَالمُفْسِدِيْنَ (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ)، وَقِنَا شَرَّ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ (رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ)، (وَتُبْ عَلَيْنَا
إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ).
عِبَادَ
اللهِ، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، (وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا
تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ
كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فَاذْكُرُوْا اللهَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .
Sumber :www.KhotbahJumat.com
0 Response to "Gunakan Lisan Untuk Kebaikan"